Powerpoint merupakan salah satu software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan
program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah,
karena tidak membutuhkan bahan baku
selain alat untuk penyimpanan data (data storage). (Tejo Nurseto) dalam Fitri Nor Fauzah (2013 : 25).
Keuntungan
terbesar dari program ini adalah tidak perlunya
pembelian piranti lunak karena sudah
berada di dalam microsoft office. Jadi pada waktu
penginstalan program microsoft office
dengan sendirinya program ini akan
terinstal. Hal ini akan mengurangi beban hambatan pengembangan
pembelajaran dengan komputer.
Menurut
Tejo Nurseto dalam Fitri Nur Fauzah (2013 : 19). Kelebihan Powerpoint antara lain: dapat menyajikan teks, gambar, film, sound efek, lagu,
grafik, dan animasi sehingga menimbulkan pengertian dan ingatan yang kuat, mudah direvisi, mudah disimpan dan efisien, dapat dipakai berulang-ulang, dapat diperbanyak dalam waktu singkat dan tanpa
biaya, dapat dikoneksikan dengan internet.
Adapun Prosedur
pembuatan media powerpoint adalah:
a.
Identifikasi program, hal ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian antara program yang dibuat dengan materi, sasaran (siswa) terutama latar belakang kemampuan, usia juga jenjang pendidikan. Perlu juga mengidentifikasi ketersediaan sumber pendukung seperti gambar, animasi, video, dll.
b. Mengumpulkan
bahan pendukung sesuai dengan
kebutuhan materi dan
sasaran seperti video, gambar, animasi
dan suara. Pengumpulan bahan tersebut dapat dilakukan dengan cara mencari melalui
internet (browsing), menggunakan yang sudah ada di direktori anda, jika diperlukan memproduksi
sendiri bahan-bahan yang diperlukan misalnya untuk kebutuhan video dengan
shooting, rekaman audio, dan untuk kebutuhan gambar
melalui scanning image. Bersamaan
dengan itu
dilakukan juga penyusunan materi yang diambil dari bahan utama misalnya buku, modul dan makalah lengkap. Materi
untuk powerpoint sebaiknya dikemas
menjadi uraian pendek, pokok-pokok bahasan atau poin-poin.
c. Setelah
bahan terkumpul dan materi sudah dirangkum, selanjutnya proses pengerjaan di powerpoint hingga selesai. Selanjutnya mengubah hasil akhir
presentasi apakah dalam bentuk slide show atau web pages.
d. Setelah
program selesai dibuat, tidak langsung digunakan sebaiknya dilakukan review
program dari sisi bahasa, teks, tata letak, dan kebenaran konsep, selanjutnya di
revisi dan siap digunakan.
2.3 Peningkatan
Hasil Belajar
Belajar dan hasil
belajar merupakan suatu proses penyimpanan informasi-informasi
menjadi
struktur kognitif. Struktur kognitif ini dapat memperlihatkan struktur
pengetahuan yang diperoleh
seseorang (Gredler) dalam Ana Shofia (2011 : 21). Pencapaian tujuan belajar
oleh siswa disebut juga hasil
belajar dapat diartikan sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah
menerima pengalaman belajarnya.
Belajar sebagai suatu
perubahan dalam posisi atau kapabilitas manusia. Perubahan ini menunjukkan
kinerja (perilaku), yang berarti belajar itu menentukan semua keterampilan,
pengetahuan, sikap dan nilai yang diperoleh individu (siswa). Dalam belajar
dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan seperti pengetahuan,
sikap, keterampilan, kemampuan, informasi dan nilai. Berbagai macam tingkah
laku inilah yang disebut kapabilitas sebagai hasil belajar (Gagne) dalam
Ana Shofia (2011 : 23).
Abin Syamsudin dalam
Ana Shofia (2011 : 27) menyatakan bahwa hasil belajar dapat dimanifestasikan
dalam wujud sebagai berikut :
a. Pertambahan
materi pengetahuan yang berupa fakta, informasi, prinsip, hukum atau kaidah
prosedur, pola kerja atau teori system nilai-nilai, dan sebagainya.
b. Penguasaan
pola-pola perilaku kognitif (proses
berfikir, mengingat atau mengenal
kembali), perilaku psikomotor (keterampilan-keterampilan psikomotorik termasuk
yang bersifat ekspresif) dan perilaku afektif/sikap (sikap-sikap apresiasi,
penghayatan, dan sebagainya).
c. Perubahan
dalam sifat-sifat kepribadian baik yang selalu dapat diamati dalam wujud perilaku maupun
yang mungkin pada suatu waktu tertentu, hanya siswa yang bersangkutan yang
dapat menghayatinya.
Bloom dan kawan-kawannya sebagaimana
dikutip oleh Degeng dalam Hasnawati (2006 : 43) mengklasifikasikan hasil
belajar menjadi tiga domain, yaitu “ranah kognitif, psikomotor dan
afektif/sikap”. Ranah kognitif, menaruh perhatian pada pengembangan kapabilitas
dan keterampilan intelektual. Ranah psikomotor berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan manipulatif atau keterampilan motorik dan ranah afektif/sikap
berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai dan emosi yang dipelajari.
Selanjutnya, ranah kognitif menjadi enam aspek yaitu; pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan penilaian (evaluation).
Jadi siswa dikatakan telah mengalami peningkatan
hasil belajar apabila adanya perubahan kemampuan siswa setelah proses
pembelajaran, yaitu mampu mengingat, memahami atau mengerti apa yang sudah
dipelajari, memberikan penjelasan yang lebih rinci atau menguraikan kembali
dengan menggunakan kalimat sendiri dan mampu mengaplikasikan atau menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari dilingkungannya maupun dilingkungan masyarakat.
2.4 Pembelajaran
Konvensional
Dalam pelaksanaan kegiatan
belajar-mengajar terdapat beberapa
pendekatan diantaranya adalah pendekatan konvensional atau pengajaran tradisional. Burrowes dalam Ana Shofia (2011 : 44)
menyatakan bahwa “pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup
kepada siswa untuk merefleksi
materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya
dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya
kepada situasi kehidupan nyata”.
Pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri
yaitu pembelajaran berpusat pada
guru, terjadi passive learning,
interaksi di antara siswa kurang, tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, dan
penilaian bersifat sporadis.
Djamarah dalam Hasnawati (2006 : 22)
pendekatan pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional,
karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan
antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam
pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi
dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.
Pendekatan konvensional yang dimaksud
adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai
“pentransfer” ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai “penerima” ilmu.
Pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan tersebut sama halnya dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan
ekspositori. Samsudin Maknum yang dkutip oleh Hasnawati (2006 : 54 ) mengemukakan
bahwa guru menyajikan materi dalam
bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik dan lengkap sehingga
siswa hanya menyimak dan mencerna materi yang disampaikan dengan teratur dan
tertib.
Pendekatan konvensional memiliki
beberapa kelemahan, yakni :
a. Tidak
semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan.
b. Sering
terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang
dipelajari.
c. Pendekatan
tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis.
d. Pendekatan
tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan tidak bersifat
pribadi.
2.5 Bunyi
Bunyi termasuk salah satu jenis
gelombang yang dapat dirasakan oleh indra
pendengaran. Benda yang bergetar menimbulkan bunyi. Benda tersebut
dinamakan sumber bunyi. Sumber bunyi yang bergetar akan menggetarkan
molekul-molekul
udara yang ada disekitarnya. Selanjutnya, molekul-molekul udara
yang bergetar akan menjalarkan getarannya ke molekul-molekul udara di dekatnya.
Demikian seterusnya, sampai molekul-molekul udara yang ada di sekitar
telinga kita ikut
bergetar sehingga kita dapat mendengar bunyi.
Bunyi memiliki cepat rambat yang
bergantung pada mediumnya. Makin
tinggi suhu suatu medium, pada umumnya makin besar cepat rambat
bunyi pada medium tersebut. Hal ini dikarenakan makin tinggi suhu, makin
cepat getaran
partikel-partikel dalam medium tersebut. Akibatnya proses
perpindahan makin
cepat. Selain itu, makin keras medium umumnya makin besar cepat
rambat bunyi
dalam medium tersebut, penyebabnya adalah makin keras medium maka
makin kuat gaya kohesi antar partikel.
2.6 Kerangka Berfikir
Pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka. Seorang siswa apabila terlibat secara
aktif di dalam proses pembelajaran, maka hal tersebut akan menambah wawasan dan
pengetahuan pada diri siswa tentang materi yang dipelajari, selain itu siswa
bisa menghubungkan antara materi yang telah dipelajari dengan melakukan
eksperimen. Apabila pada diri siswa sudah paham dan mengerti tentang konsep
materi yang akan dipelajari maka hal tersebut bisa meningkatkan hasil
belajarnya.
Selain Pendekatan CTL, penggunaan media pembelajaran juga
sangat menunjang
pada keefektifan pembelajaran. Penggunaan media yang dimaksud adalah media powerpoint. Penggunaan
media powerpoint juga dapat membantu
siswa untuk lebih memahami, termotivasi dan menarik untuk aktif dalam
pembelajaran, sehingga siswa cenderung tetap ingat terhadap materi yang
disampaikan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah suatu bukti keberhasilan seseorang dalam mempelajari materi
pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai yang diperoleh dari
hasil belajar atau hasil tes.
Dari pernyataan diatas, peneliti menarik suatu prediksi
bahwa:
“Pendekatan Contextual
Teaching and Learning dengan menggunakan media powerpoint merupakan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa
sehingga siswa cenderung aktif, sedangkan pada pembelajaran dengan pendekatan konvensional
siswa cenderung pasif karena pembelajaran berpusat pada guru”.
Berdasarkan paparan tersebut diatas, maka peneliti
memprediksikan penelitian dengan judul “pengaruh
pendekatan Contextual Teaching and
Learning dengan menggunakan media powerpoint
terhadap peningkatan hasil belajar IPA Fisika siswa di kelas VIII MTs
Mambaul Ulum Sampang” dapat membantu siswa dalam mengembangkan daya
fikirnya untuk menghubungkan suatu konsep dengan kehidupan nyata di sekitarnya.untuk ke BAB selanjutnya, buka di sini
0 komentar:
Posting Komentar