untuk melihat BAB sebelumnya, silahkan klik di sini
Ketujuh
komponen utama pembelajaran efektif yang mendukung terhadap pembelajaran fisika
dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) tersebut penjelasannya adalah
Depdiknas (2003:10-20):
untuk ke halaman selanjutnya, buka di sini
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL)
2.1.1 Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual
Teaching and Learning merupakan
suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan peserta
didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna (meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik
dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi, maupun kultural. (Hanafiah
dan Suhana) dalam Rindang Wijayanti (2011 : 18).
Contextual
teaching and learning merupakan
konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran
dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga peserta didik mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari
(Wina Sanjaya) dalam Hasnawati (2006 : 57).
Contextual
Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
mambuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran
efektif. (Trianto, 2007:103).
8
|
a.
Konstruktivisme (Contructivisme)
Konstruktivisme
merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual. Maksud kontruktivisme
disini yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak mendadak. Dalam hal
ini, manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi melalui pengalaman nyata.
b.
Bertanya (Questioning)
Bertanya
merupakan strategi utama pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Dalam
pembelajaran, bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan
menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan
bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan penemuan (inquiri), yaitu
menggali, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
c.
Menemukan (Inquiry)
Menemukan
merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta
tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dalam hal ini tugas guru yang harus selalu
merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang
diajarkannya.
d.
Masyarakat belajar (Learning
Community).
Konsep
Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang
lain. Hasil belajar diperoleh dari hasil bagi antara teman, antara kelompok, dan
antara yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada
proses komunikasi dua arah, seseorang
yang terlibat dalam kegiatan masyarakat
belajar akan memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta
informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Oleh karena itu, dalam kelas
kontekstual, guru
disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok
belajar.
e.
Pemodelan (Modeling)
Pemodelan
kontekstual maksudnya, bahwa dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan
tertentu harus ada model yang bisa ditiru. Pemodelan akan lebih mengefektifkan
pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual untuk ditiru, diadaptasi, atau
modifikasi. Dengan adanya suatu model untuk dijadikan contoh biasanya konsep akan
lebih mudah dipahami atau bahkan bisa menimbulkan ide baru. Salah satu contoh pemodelan dalam pembelajaran fisika
misalnya mempelajari contoh penyelesaian soal, penggunaan alat peraga, cara
menemukan kata kunci dalam suatu bacaan atau cara membuat skema konsep. Pemodelan
ini tidak harus selalu oleh guru, bisa
juga oleh siswa atau media yang lainnya.
f.
Refleksi (Reflection)
Refleksi
adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang
sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau
pengetahuan yang baru diterima. Dalam pembelajaran, pengetahuan yang bermakna
diperoleh dari proses. Pengetahuan yang dimiliki siswa diperluas
melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru
membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan
pengetahuan yang baru. Dengan demikian, siswa merasa memperoleh
sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. Kunci
dari semuanya
adalah begaimana pengetahuan
itu mengendap di
benak siswa.
Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru itu.
g.
Penilaian sebenarnya (Authentic
Assessment)
Authentic
Assessment adalah penilaian yang dilakukan
secara komprehensif berkenaan dengan seluruh
aktivitas pembelajaran yang meliputi proses dan produk belajar sehingga seluruh usaha
siswa yang telah
dilakukanya mendapat penghargaan. Penilaian autentik
seharusnya dilakukan dari berbagai aspek dan metoda sehingga menjadi objektif. Dalam
penelitian ini aspek yang menjadi penilaian yaitu aspek afektif, aspek psikomotorik tiap siswa
dan unjuk kerja kelompok serta tes tertulis untuk menilai tingkat penguasaan
siswa terhadap materi bahan ajar.
Dari pendapat diatas ditarik kesimpulan bahwa pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah
salah satu pendekatan pembelajaran yang bertujuan supaya peserta didik dalam
memahami bahan ajar secara bermakna yang dikaitkan dengan konteks kehidupan
nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.2 Karakteristik Pendekatan CTL
Menrurut Muslich (2007: 42) Pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a.
Pembelajaran dilaksanakan dalam kontekstual autentik,
yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks
kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang
alamiah (learning in real life setting).
b. Pembelajaran
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna
(meaningfull learning).
c. Pembelajaran
yang dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing).
d. Pembelajaran
dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi dan saling mengoreksi antar
teman (Learning in group).
e. Pembelajaran
memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerjasama dan
saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).
f. Pembelajaran
dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif dan mementingkan kerjasama (learning to ask, to inquiri, to work
together).
g. Pembelajaran
dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).
2.1.3 Tujuan Pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL)
Tujuan CTL dalam proses pembelajaran yaitu membantu siswa
dalam memahami konsep sehingga pembelajaran lebih bermakna. Membantu siswa
dalam berkomunikasi dengan orang lain dan menghubungkan konsep dengan kehidupan
nyata sehari-hari.
2.1.4 Langkah-langkah pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Trianto (2007: 106) Secara
garis besar langkah-langkah penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam kelas sebagai berikut
:
1. Mengembangkan
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya.
2. Melaksanakan
sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Mengembangkan
sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Menciptakan
masyarakat belajar (belajar dengan kelompok-kelompok).
5. Menghadirkan
model sebagai contoh pembelajaran.
6. Melakukan
refleksi di akhir pertemuan.
7. Melakukan
penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
2.1.5 Kelebihan pendekatan Conextual
Teaching and Learning (CTL)
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna
dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting,
sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata,
bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak
akan mudah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan
mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena pendekatan CTL menganut
aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya
sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar
melalui “mengalami” bukan “menghafal”.
untuk ke halaman selanjutnya, buka di sini
0 komentar:
Posting Komentar